Sejarah Bulan Sya'ban
Pendahuluan
Bulan Sya’ban merupakan bulan dan musim yang penuh rahmat. Sya’ban disebut juga dengan Lailatul Mubarokah, hal ini disebabkan karena banyaknya kebaikan didalamnya. Pada bulan ini sangat dianjurkan meningkatkan ketaatan, pada bulan ini merupakan keberhasilan bagi para pedang yang mengharapkankeuntungan akhirat. Barang siapa yang mempergunakan bulan Sya’ban dengan sebaik-baiknya maka termasuk orang yang sangat beruntung.
Banyaknya barokah serta rahmat pada bulan Sya’ban menjadikan semangat baru bagi kaum muslimin untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt. Disisi lain pada bulan ini memang banyak sekali peristiwa yang sangat penting dan bersejarah untuk direnungi dan di jadikan teladan bagi kita semua. Jika kita lihat sejarah kebelakang, ternyata bulan Sya’ban mempunyai makna historis yang sangat tinggi, hal ini terlihat dalam literatur islam serta sejarah dan hadist sehingga wajar sekali jika kaum muslimin menjadikan bulan Sya’ban sebagai bulan mulia setelah bulan Romadhan, bahkan dalam hadist nabi Sya’ban mempunyai sejarah yang berhubungan dengan turunya ayat qur’an sertaAsbabun Nujulnya. Adapun ayat yang turun pada bulan Sya’ban sbb:
Sebelum Ka’bah menjadi kiblat sholat, Masjidil Aqso (Al Quds) dipalestina telah lama menjadi kiblat kaum muslimin pada masa Rosulullah SAW dan para sahabatnya, Baitul Muqoddas sudah menjadi kiblat sholat selama kurang lebih tujuh belas bulan lebih tiga hari, ini diterangkan oleh Abu Hatim Al Bisti RA. Setelah sekian lama Rosulullah tinggal di Madinah, maka turunlah wahyu yang memerintahkan nabi untuk merubah kiblatnya. Perintah langsung untuk merubah kiblat diterangkan dalam surat Al Baqarah ayat 144 yang artinya “ Sungguh kami sering melihat mukamu menengadah kelangait, maka sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkalah mukamu kearhnya. Dan sesunguhnya orang-orang ( Yahudi, Nasrani) yang diberi Al kitab ( taurat dan Injil ) mengetahui bahwa berpaling ke Masjidil Haram benar dari tuhanya: dan Allah sekali-kalitidak lenggah dari apa yang mereka kerjakan.”
Ayat ini menegasakan tentang perubahan kiblat dari Baitul Muqoddas ke Masjidil Haram. Adapun waktu perubahan itu ketika Rosulullah SAW sedang gelisah menunggu wahyu dari Allah SWT, kadang kala beliau ( Rosulullah ) menegadahkan wajah kelanggit sampai pada suatu hari ketika sholat dhuhur berjama’ah maka turunlah ayat ini, sehingga dengan seketika Rosulullah merubah kiblatnya ke Makkah Al Mukarramah ( Masjidil Haram). Adapun tempat ( turunya wahyu ketika sholat berjama’ah dhuhur dinamakan Masjid Qiblatain ( masjid dua kiblat) Terjadinya perubahan kiblat itu tepat pada hari selasa Nisfi Sya’ban.
Dalam hadist lain juga dijelaskan tentang diangkatnya amal manusia kelanggit, diantaranya hadist yang diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dalam kiatab shohihnya “Malaikat malam dan malaikat siang pada waktu sholat Fajar dan sholat Asar, maka mereka berkumpul pada sholat fajar, maka malaikat siang naik kelanggit, dan malaikat malam menginap. Maka Allah SWT menanyakan pada mereka : bagimana keadaan hambaku ketika kalian tinggalkan? Maka mereka menjawab ( Malaikat ) : “ kami datangi mereka sedang melaksanakan sholat, dan kami tingglakan, mereka sedang melaksanakan sholat maka ampunilah mereka dihari kiamat ( hari pembalasan ).
Hadist ini sebagai penegasan bahwa Allah memang memberikan tugas terhadap dua kelompok malaikat yang bertugas untuk selalu mengiguti semua aktivitaskita sehari hari, bahkan setiap pagi dan sore mereka meloporkan hasil pantaunserta catatan aktuak dan kemudian melaporkan pada Allah SWT. Diangkatnya amal perbuatan kita, juga ada yang bersifat harian, ada juga yang bersifatmingguan dan ada pula yang bersifat bulalan dan tahunan, dan ada juga yang bersifat sepanjang zaman Dibawah ini merupakan penjelasan sederhana tentang sifat-sifat diatas :
Mingguan : Dalam suatu hadist nabi disebutkan, ketika nabi sedang berpuasa hari senin dan kamis, para sahabat pada bertanya perihal puasa tersebut, Rosulullah SAW menjawab bahwa hari senin merupakan hari kelahiranya, beliau merayakan hari kelahiranya dengan berpuasa. Sedangkan puasa hari kamis, Rosul juga menjelaskan bahwa setiap kamis amal perbuatan manusia diangkat kelanggit disisi Allah, Nabi menyukai ketika amalnya diangkat beliau sedang berpuasa. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, beliau mengatakan “, Rosulullah SAW bersabda “ akan diperlihatkan amal-amal setiap hari kamis dan senin, maka Allah Azza Wajalla mengampuni bagi tiap-tiap orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu ( syirik ) kecuali seseorang yang sedang saling tidak menyapa ( satru ). Maka dikatakan “ tinggalkan kedua orang ini sampai keduanya berdamai ( baikan ) ( H.R muslim ).
Dan dari Abu Hurairah RA, dari Rosulullah SAW bersabda “ Akan diperlihatkan amal perbuatan dihari senin dan kamis, maka saya senang ketika amalkudiperlihatkan saya dalam keadaan berpuasa ( H.R Tirmidzi ).
Dalam keterangan hadist lain dijelaskan pula tentang diangkatnya secara langsung setiap hari menjelang waktu dhuhur. Setiap hari Allah SWT membuka langgitnya bagi orang-orang yang beramal soleh hal ini isaratkan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Abu Dawud :” Ketika Rosulullah SAW turunpadaku ( ketika hijrah kemadinah )- saya melihat Rosulullah SAW selalu sholat empat rakaat sebelum dhuhur dan mengatakan “ Sesungguhnya- ketika matahari sedang condong ( waktu dhuhur / zawal ), maka dubukalah pintu-pintu langit, maka tidak akan ditutup langgit itu sehingga sholat dhuhur , saya senang kalau pada waktu ini amalku ( amal sholeh ) diangkat kelanggit.
Tahunan : Diangkatnya amal perbuatan manusia ada juga yang bersifat tahunan, hal ini bertepatan pada bulan Sya’ban ( Nisfu Sya’ban ). Pada malam ini ( Nisfi Sya’ban ) semua amal perbuatan manusia selama satu tahun penuh angkat keatas langit disisi Allah SWT, hal ini telah disinyalir pada sebuah hadistyang diriwayatkan istri Rosulullah SAW ( Siti Aisah ) bahwasanya Nabi SAW berpuasa Sya’ban sepenuhnya, maka beliau ( siti Aisah berkata” Saya mengatakan “ Ya Rosulullah ! bulan yang paling disukai panjenengan ( Rosulullah ) untuk berpuasa Sya’ban ! ?Maka Rosulullah SAW menjawab “Sesungguhnya Allah mencatat pada bulan ini tiap-tiap maut seseorang, makasaya senang ketika ajalku datang saya dalam keadaan berpuasa “ ( HR. Abu Ya’la). Oleh karena itu Rosulullah SAW pada bulan Sya”ban memperbanyak berpuasa, bahkan hampir sebulan penuh karena pada bulan itu Allah SWT megangkat semua amal manusia dan membuka catatan baru untuk setahun kemudian. Bahkan pada hadist lain diriwayatkan, sesungguhnya Rosulullah SAW mengabarkan “ Yang paling ia cintai baginya adalah bulan Say’ban “ HR Imam Ahmad.
Penegasan ini juga disampaikan oleh Imam Sihabudin Al Qostolani dalam kitabnya Al-Mawahib, karena ayat ini diturunkan bertepatan dengan bulanSya’ban.
Dalam beberapa kteranganlain, Sya’ban disebut juga dengan Sahrul Qur’an, penegasan ini disampaikan oleh Habib bin Tsabit. Seorang Ulama besar yang bernama Syeh Ahamd bin Hajaji mengatakan “ Sungguh ulama’ ulama SalafiAssolih meyambut bulan Sya’ban dengan membaca Al qur’an “. Hal ini dikemukan dalam kitab Tuhfatul Ihwan. Walaupun membaca Al qur’an memang sangat dianjurkan kapan saja, dan dimna saja, namun karena bulan Sya’ban penuh dengan kemulyaan dan barokah, maka para ulama’ kembali menginggatkan dan mengajurkan agar kita senantiasa memperbanyak membaca Al Qur’an dan berdzikir agar menjadi pemacu untuk persiapkan meyambut bulan yang paling mulia yaitu Romadlhon. Hal ini juga menjadi hujjah bahwa bulan Sya’ban merupakan bulan kedua yang paling mulya setelah bulan Romadhan, penegasan ini isaratkan dalam hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Anas RA, “ ( Sya’ban adalah bulanku (bulanya kanjeng Nabi) dan Romadlhon adalah bulan Allah, dan Sy’aban mutohhir ( menyucikan ) dan Romadhlon Mukaffir ( penghapus)’ ( H.R Adailami ). Jelas sekali bahwasanya beribadah dibulan Sy’aban merupakan pesiapan untuk meyambut bulan romadhan, menginggat hadist diatas menyebutkan kedua bulan tersebut dalam satu hadist. Adapun yang dimaksud Mutohhair yaitu dimana pada bulan ini moment yang tepat untuk mensucikan diri dari kesalahan serta dosa-dosa yang melekat pada diri manusia dengan cara meningkatkan ibadah dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT, sedangkan yang dimaksud Mukaffair ( penghapus ) adalah dimana pada bulan ini juga menjadi moment bagi kaum muslimin untuk berlomba-lomba dalm kebaikan dengan berpuasa romadhon dan pada malamnya melaksakan qiyamul lail kemudian dengan memperbanyak membaca Alqur’an sehingga semua bentuk amal ibadah bisa dilaksakan dengan sebaik-baiknya, jika bisa mempergunakan Romadhon semaksimal mungkin, maka semua dosa kecil maupun besar akan Mukaffar ( terhapus )sehingga manusia kembali suci tanpa noda dan dosa, seolah-olah baru dilahirkan dari rahim ibunya.
Keitimewaan seseuatu bisa dilihat dari jumlah nama yang ada, dalam literatur arab islam, apabila sesuatu mempuyai keitimewaan, biasanya mempuyai lebih dari tiga nama bahkan sampi lima, begitu pula dengan Sya’ban. setiap mingga mempuyai keistimewaan malam puncak tepatnya hari jum’at ( Sayyidul Ayyam ). Dalam hitungan dua belas bulan juga memiliki keistimewaan yaitu Romadhan, kemudian yang kedua yaitu Sya’ban dan Rajab. Dalam bulan itu sendiri juga ada keitimewaan yang kita kenal dengan malam puncak, pada bulan romadhan puncaknya pada sepuluh terahir, oleh karena itu pada sepuluh terahir ini kaum muslimin berbondong-bondong kemasjid dengan memperbanyak ibadah serta beramal, mereka berlomba-lomba bersedekah,umrah dengan harapan mendapat kebaikan berlipat ganda. Karena pada sepuluh terahir ini akan datang malam yang lebih baik dari seribu bulan, malam itu dinamakan malam LAILTUL QODAR. Dalam bulan Sya’ban juga mempuyai malam puncak yang bertepatan dengan tanggal 15 Sya’ban, malam ini disebut dengan Lailatu Nisfi Sy’aban.
Berpuasa pada bulan Sya’ban serta meyambut dan merayakan dengan bedzikir bersama,membaca yasin bersama menjadi polemik bagi kaum muslimin dari dulu sampai sekarang ini, sebagian melarang secara mutlaq, sebgian lagi membolehkan, sebagian lagi membid’ahkan, oleh karena itu kita perlu membaca pendapat para ulama tentang Sya’ban ( Nisfi Say’ban ) dibawah ini :
Pertama : Seorang Kholifah besar dari bani Umayyah Umar bin Abdul Aziz telah menulis pada penngawalnya ( pegawainya) di-Basrah “ Wajib bagi kalian untuk memperhatikan empat malam dari setahun ; Sesunggunya Allah SWTmenurunkan rohmat pada malam tersebut, Awalnya malam bulan Rajab, malam Nisfi Say’ban, dan malam Iedul Fitri, dan Iedul Adha. Adapan Imam Syafi’I seorang mujtahid dibidang Fiqih dan hadist mengatakan “ Sesungguhnya do’a itu akan dikabulkan dalam lima beberapa malam; Malam jum’at, Iedul Fitri dan Iedul Adha, awal bulan Rojab, dan Nisfi Sya’ban”.
Kedua :Diriwayatkan dari Ka’ab “ Sesungguhnya Allah ta’ala menggutus Malaikat Jibril pada malam Nisfi Sya’ban kesurga untuk memerintahnya berhiasdan mengatakan “ Sesungguhnya Allah taala telah membebaskan pada malam ini jumlah bintang-bintang dilanggit, dan sejumlah hari-hari didunia dan malamnya, dan sejumlah dedaunan dan pepohonan dan beratnya gunung-gunung dan sejulah pasir-pasir”
Keempat :Ibnu Taimiyah berpendapat : Sungguh banyak riwayat hadist dan Atsar yang meyebutkan tentang keutamaan dan keitimewaan bulan Sya’ban, dan dinukil dari sebagian orang-orang salaf, sesungguhnya mereka melaksanakan pada malam itu ( Nisfi Sya’ban ) kalu sholat sendirian pada malam Nisfi Say’ban sudah dilkukan oleh masing-masing.
Adapun sholat secara brjama’ah dalam di Nisfi Sya’ban memang dibangun pada dasar yang kokoh secara berkelompok dengan tujuan taat kepada Allah dan beribadah itu ada dua bagian :
Dari beberapa penjelasan serta pendapat diatas bisa disimpulkan, bahwa Nisfi Sy’ban memang malam yang penuh dengan rohmat dan barokah shingga wajar sekali jika kaum muslimin memanfaatkan moment tersebut untuk berlomba-lomba dalam kebaikan serta memperbanyak ibadah serta memohon ampunan dengan dzikir bersama, do’a bersama, sholat tatowu’ bersama serta membaca surat yasin bersama. Sebagian orang memang meyakini seolah-olah mewajibkan dan tuntunan syariat dan Sunnah nabi hal ini menjadikan kegiatan tersebut menjadi bid’ah yang menjadi polemic. Sebagian lagi memang memanfaatkan moment Nisfi Sya’ban tersebut dengan sebaik-baiknya dengan meningkatkan ibadah kepada Allah maka akan mendapat Lailatul Muborokah, itu tidak apa-apasehingga tidak jatuh pada Bid’ah Madmumah . malahan ini yang dianjurkan ulama.
